Sprinkles of words

Monday, August 22, 2005

Kembali pada Cinta Platonik

Baca-baca lagi buku curhat PH tk.6... menemukan satu frase yang sering disebut: Cinta Platonik.

Begitu luar biasanya dan bermaknanya frase itu buat kami semua pada masa itu, dan aku rasa masih berlaku hingga sekarang. Di buku itu julukanku adalah "manusia bodoh" atau "stupid human" yang suka sekali 'bermain api', 'ambil risiko', berani melakukan sesuatu yang gak jelas perihalnya di masa depan, dsbnya. Juga dengan kesalahan sama yang aku ulangi (kaya' lagu Ada Band aja =D) pada masa itu, dan wallohu a'lam, mungkin juga masih sampai kini.

Aku jadi bertanya-tanya, masihkah aku 'sebodoh' dulu? Yah, aku berusaha menarik pelajaran dan hikmah atas apa yang telah terjadi, namun entah bagaimana, sepertinya kesalahan memang terlalu 'asik' untuk cuma dilakukan sekali (mengutip stress relieve dari bulletin friendster yg dikirimin Awan ;D). Semua ada sisi positif dan negatifnya. Bijak-bijaknya kita bisa mengambil yang lebih baiknya.

Pada masa ini, si manusia bodoh yang katanya juga 'penuh cinta' (platonik?) ini, kembali merasakan cinta itu. Pada seorang manusia yang telah menyakitinya, entah gimana, si bodoh ini masih jatuh kasihan. Entah gimana, ia bisa meraba-rasakan penderitaannya. Saking terasanya sampai akhirnya, mungkin rasa sakit yang dirasakan si manusia bodoh itu jadi terlupakan.

Aku ingin menolongnya.... sungguh biar bagaimanapun, masih ada 'cinta tanpa syarat' itu buatnya, sebagai sesama manusia... ingin sekali aku menghiburnya, menyemangatinya lagi. Ingin mendorongnya untuk bertahan, terlepas dari satu keputusan yang dilakukannya telah mengiris-iris hatiku, tapi justru di saat ini, aku ingin bilang padanya: sabarlah, bertahanlah... berusahalah tegar pada apa yang telah kau tetapkan. Kamu gak sendirian, kalau memang kau masih punya keyakinan itu... yakinlah kamu akan ditolong oleh yang kamu yakini. Harusnya kamu bersemangat dan tetap berjalan maju... setidaknya itu yang membantuku tetap bangun pagi dan berangkat melakukan sesuatu untuk orang lain, demi menyembuhkan diriku sendiri.

Dia mungkin sudah berhenti membaca blogku, tapi kalau dia bisa baca... sungguh aku ingin sekali bilang: aku gak pernah membencinya, aku terus berusaha memaafkannya, aku terus berusaha menyembuhkan luka yang dibuatnya... dan kalau saja aku masih bisa, terus terang aku ingin bisa mendengarkan keluh kesahnya dan ingin bisa mengubah semua persepsi negatif yang ia miliki. Berhentilah menderita... demi dirimu, demi keluargamu, demi teman-temanmu yang, jujur saja, meski mereka kau sakiti... mereka yang benar-benar temanmu sangat mau membantumu. Berhentilah berprasangka buruk... percayalah, kalau kau tidak bisa percaya pada siapapun, yakinlah pada dirimu, pada yang kau yakini, pada yang kau bela! Tidak ada kesedihan tanpa akhir, semua pasti ada akhirnya, dan kau bisa terus bahagia, hanya dengan mengambil hikmah dari semua kesedihan, dengan ikhlas dan abaikan semua beban. Jangan putus asa, jangan putus asa atas pertolongan-Nya... ingat... yang bisa membahagiakanmu adalah kamu sendiri, persepsimu, rasa syukurmu...ingat....ingatlah semua yang pernah kamu bilang juga...=)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home