Sprinkles of words

Monday, February 12, 2007

Oportunis

banjir dan pascabanjir. malah dimanfaatkan bagi mereka yang oportunis. yang numpang ngetop nama, yang numpang minta jatah padahal gak kesusahan, dan sebagainya...adakah masih rasa malu itu?

Thursday, August 17, 2006

Mencari Peradaban

Kalau kau berada di tempatku di kecamatan yang sangat terpencil, kau akan takjub dan salut pada mereka yang telah membuka area yang penuh hutan belantara menjadi beberapa perkampungan. Kau akan terheran-heran betapa sederhananya hidup di sana, dan kau tak habis pikir kenapa mereka seakan tiada rasa bosan hidup dengan aktivitas yang sangat sangat terbatas dan monoton.

Tuesday, April 18, 2006

Cantik...

Ketika kamu melihat kebaikan yang tak terbatas. Wujud universalitas cinta tanpa syarat. Aku ternyata sempat melupakan hal-hal cantik dulu, ketika akhir dari episodenya adalah mengoyak hati dan terasa sangat perih....sebab hal-hal cantik itu sebenarnya juga bagian dari satu masa suram tersebut, sebelum ia menjadi gelap.

Tapi luka itu, baik luka yang dulu sekali hingga yang terdalam masih fresh from the oven itu sudah tak terasa pedih lagi, eksistensinya ada dan terlihat jelas, namun sensasinya telah lenyap, sensasi sedihnya tak terasa. Cukup menjadi renungan dan pelajaran yang berharga.

Cantik...semuanya sangat cantik, setiap detail, setiap goresan, setiap sapuan kuas, setiap noktah yang tertuang, tertulis di kehidupan ini....

Selamat dimanja semua kecantikan ini...karena memang cantik...ada pada mata yang melihatnya...=)

Wednesday, February 08, 2006

Malam

Malam-malamku tak pernah sepi lagi nih. Soalnya selalu ada yang harus dikerjakan. =P Akhirnya lumayan juga capek. Tapi rasanya menyenangkan. Ketika tukang tidur tiba-tiba jadi tukang begadang =P.

Ketika kembali merasa hidup justru saat kelelahan, soalnya itu kudu disyukuri, kan saraf-sarafnya bekerja dengan baik jadi kerasa semua pegel2 =)

Monday, February 06, 2006

Denting

Lagu mellow yang setia menemani di tengah malam saat harus nyambi banyak urusan....^^

Denting yang berbunyi dari dinding kamarku
Sedarkan diriku dari lamunan panjang
Tak terasa malam kini semakin larut
Ku masih terjaga

Sayang kau dimana aku ingin bersama
Aku butuh semua untuk tepiskan rindu
Mungkinkah kau di sana merasa yang sama
Seperti dinginku di malam ini

Reff
Rintik gerimis mengundang kekasih di malam ini
Kita menari dalam rindu yang indah
Sepi ku rasa hatiku saat ini oh sayangku
Jika kau disini aku tenang


..................................kangen sama 'pasukan'ku...tapi yah...maybe mereka punya sudut pandang dan prioritas berbeda, punya hal lebih penting dan mendesak daripada medan perang yang sekarang kujalani....hehe =D

apa golongan darah B ini memang bener terlalu toleransi jadi 'terzhalimi'? (kata si Aa lho...) tapi dalam kasusku...beneran ga tau sih apa ada solusi lain yang lebih baik untuk membawa kembali pasukanku? =P kupikir akhirnya komandan emang harus jadi unggul segalanya alias uber alles...=S

aku kangen sama komandan pasukan lain juga sih....hihihi =D
adakah waktu buat ketemu lagi??? =S aammiiin

Monday, December 26, 2005

Petunjuk (Kumpulan Tulisan )

Secara rohani, petunjuk Tuhan (hidayah) dapat dipandang sebagai pangkal dari semua kebaikan. Manusia tidak mungkin menggapai kebaikan-kebaikan dalam hidupnya tanpa petunjuk dari Allah. Firman-Nya, ''Tuhan kami adalah Allah yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kepadanya, kemudian memberinya petunjuk.'' (Thaha: 50).

Menurut ulama besar Syekh Muhammad Abduh, petunjuk Allah itu mencakup empat macam:
1. petunjuk instink atau naluri (hidayat al-wujdan)
2. petunjuk pancaindera (hidayat al-hawas)
3. petunjuk akal pikiran (hidayat al-'aql)
4. petunjuk agama (hidayat al-din).

Tanpa keempat macam petunjuk di atas, manusia tentu tidak mungkin bisa hidup dan membangun kehidupannya dengan baik di muka bumi. Rasyid Ridha, murid Abduh, menambahkan satu bentuk hidayah yang lain lagi yang dinamakan 'inayah atau ma'unatullah, yaitu pitulung dari Allah SWT. 'Inayah adalah bantuan Allah kepada manusia, sehingga yang bersangkutan mampu mencapai cita-citanya dan mampu membangun kehidupannya dengan baik. Hidayah dalam bentuk ini tidak dapat diberikan oleh siapa pun juga, kecuali oleh Allah SWT sendiri.

Dilihat dari segi tingkatannya, hidayah itu menurut Imam Ghazali ada tiga macam:
- Pertama, berupa kemampuan mengenal dan membedakan kebaikan dan keburukan. Kemampuan ini sesungguhnya diberikan oleh Allah kepada semua manusia baik melalui kecerdasan intelektualnya maupun melalui informasi dari para Nabi dan Rasul Allah. Kaum Tsamud dan juga kaum 'Ad pada mulanya telah diberikan hidayah oleh Allah dalam bentuk ini, tetapi mereka lebih suka memilih kesesatan daripada petunjuk Tuhan (Fushshilat: 17).

- Kedua, berupa peningkatan kualitas hidup manusia yang terus membaik dari waktu ke waktu. Kualitas hidup itu meliputi kualitas iman, kualitas ilmu, dan kualitas kerja. Menurut al-Ghazali, inilah hidayah seperti yang tersebut dalam ayat ini: ''Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya.'' (Muhammad: 17).

- Ketiga, berupa pencerahan jiwa atau semacam spiritual enlightenment. Orang yang memperoleh hidayah dalam bentuk ini mencapai tingkat kesempurnaan dan kematangan jiwa (kamalat nafsiyah). Pikiran dan jiwanya menjadi terang, bahkan seluruh hidupnya menjadi terang benderang karena pencahayaan Ilahi yang tidak pernah putus.

Bagi al-Ghazali, inilah tingkatan hidayah dalam bentuknya yang paling tinggi. ''Apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk menerima agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang hatinya membatu)?'' (Al-Zumar: 22).

Hidayah seperti terlihat di atas sungguh penting dan amat menentukan kualitas hidup manusia. Oleh sebab itu, kaum Muslim diperintahkan agar mencari dan menggapai petunjuk Allah itu. Setidak-tidaknya, 17 kali dalam sehari semalam, mereka harus membaca doa ini: ''(Ya Allah), tunjukkan kami ke jalan-(Mu) yang lurus.'' (Al-Fatihah: 6). Tanpa petunjuk-Nya, kita bisa sesat jalan dan terjerembab ke jurang nestapa. Na'udzubillah!

Thursday, December 08, 2005

Kalau Cemas atau Khawatir

Banyak orang jadi ragu, cemas, khawatir ketika mau memulai sesuatu yang baru. Wajar sih, namanya juga sesuatu yang belum diketahui ntar akan gimana. Yang kadang berlebihan ketika sebelumnya pernah mengalami hal yang sama namun meninggalkan trauma atau 'luka'. Lebih sulit.


Namun hidup ya emang gitu. Ada takut dan harap, ada khouf ada roja'. Sekarang gimana caranya supaya tetap maju. Ketika rasa takut datang, kembalikan lagi, apa atau siapa yang harusnya kita takuti?

Ketika takut itu datang sehingga tidak membuat kita berani berharap, lagi-lagi...cukup balik lagi pada siapa satu-satunya tempat berharap?

Ah, semua ini memang lebih mudah dikatakan. Tapi kalau tidak mau dicoba, tak akan pernah bisa...semua ada prosesnya, Alloh melihat proses itu. Jangan berhenti berbuat baik dan memperbaiki diri, lalu sekitar kita...semoga Alloh selalu ridho...aammmiiin