Sprinkles of words

Saturday, October 29, 2005

Akal dan Hawa Nafsu

Setelah lama kutelaah, akhirnya berhasil membuat aksioma lagi untuk mengatasi dominasi rasa kasihan dan terlalu peduli pada masalah orang lain. Tak ada yang salah dengan empati atau simpati. Tetapi ketika bentuknya malah mengganggu, karena yang dipedulikan dan dikasihani tidak merasa butuh, kenapa harus dipertahankan? Di saat hawa nafsu emosi menguasai, hanya akan merugikan diri sendiri saja.

Maka akal yang akan mengatur porsinya. Ada aturan main untuk segala sesuatu. Ada batas-batas tertentu dalam melakukan apapun, sesuai dengan apa yang diyakini dan insya Alloh baik dan akan diterima di semua pihak. Kalau memang bentuk kepedulian berupa perkataan ditampik, mundur dan atur saja porsinya, menjadi sebentuk doa. Bila perbuatan ditolak, maka berikan dengan perkataan di saat dibutuhkan dan diminta saja. Tak ada gunanya memaksakan sesuatu, meskipun atas nama cinta dan kasih sayang. Segala sesuatu yang awalnya dari keadaan tertekan, gak akan menjadi baik, gak akan pernah.

Seperti tiga cara mencegah kemungkaran yang dicontohkan Rosululloh. Dengan tangan, dengan perkataan dan terakhir dengan hati, meski itu adalah selemah-lemah iman. Namun memang, tak semudah itu mengubah dengan tangan, kita harus menempati tempat yang cukup tinggi untuk mengubah langsung dengan perbuatan. Jadi, berusahalah agar suatu saat kita berada dalam posisi yang beruntung tersebut.

Jangan matikan hati, namun jangan berlebihan juga dalam menyebarkan rasa cinta dan kepedulian. Lihat-lihat keadaan. Bijaksana dan bertindaklah sesuai porsinya.....

Monday, October 24, 2005

Jangan Tambah Lagi

Di hati mereka ada penyakit
Membutakan, menulikan, membekukan hati
Berjuta ramuan disuguhkan
Tak sudi diambil

Sampai kapanpun tak akan mengerti
Dan menerima sesuatu yang secara sadar dihayati
Perbedaan benar dan salah
Bila tak berniat menyembuhkan
Sejuta obat mujarab pun tak ampuh

Sudah cukup, empatilah pada mereka
Nanti penderitaannya jauh lebih dahsyat
Tak perlu menambahnya di dunia
Dengan bersikap menghakimi dan memusuhi
Tetaplah berbuat baik pada mereka
Meski mereka tak sudi menerimanya
Limpahkan kasih sayangmu

Bila saat itu datang, bergembiralah bersama
Bila tak jua menghampiri, serahkan saja
Pada Satu Zat
Pada Satu Asa
Pada Satu Cinta =)

so very sorry....
terima kasih fhe...^^

Sunday, October 23, 2005

Mimpi Dalam Kendali

Sudah dua kali berhasil membuat 'skenario' mimpi sendiri =). Hebatnya mimpi-mimpi yang memang luar biasa alias rasanya gak mungkin terjadi dalam kenyataan, setidaknya tak mungkin untuk saat ini ^^.

Satu mimpi seperti sekuel yang sebelumnya. Yang sebelumnya terjadi begitu saja tanpa ada sedikitpun kepikiran akan hal yang dimimpikan. Artinya mungkin aku 'mencontek' ide yang lama. Bagaimanapun mimpi itu menyenangkan sekali, karena serasa lebih dekat dengan kenyataan, entah bagaimana karater pemain di dalamnya dalam skenarioku sudah hampir persis sama, dan sensasi yang dirasakan lebih nyata. Akhirnya memang ibaratnya suatu episode film pendek yang dikembangkan dari suatu ide ;).

Mimpi yang lain adalah implementasi dari sesuatu yang sempat jadi pikiran sesaat sebelum tidur. Sebenernya bukan pemikiran yang baik atau menyenangkan, karena awalnya berupa kenangan akan suatu hal yang pernah menyakitkan, dan tiba-tiba berkembang menjadi ide-ide yang kurang baik. Ibaratnya film kungfu, ada semacam bayangan akan 'balas dendam'(uuuh seraaaam =P).

Jadi suka memanfaatkan dalil tertentu. Sebenarnya orang yang teraniaya atau terzhalimi itu punya hak untuk tidak memaafkan, bener gak?(mudah-mudahan ada orang yang baik hati mengkoreksi kalau salah...). Dan menjadi hak veto-nya untuk membuatnya menjadi dosa abadi buat pelaku aniaya tersebut, sampai dimaafkan.

Entah bagaimana, akhirnya 'tanduk' keluar lagi dan menyusun 'skenario' kutukan-kutukan (huehehe...ini mah kejaaaam sekaleee). Lucunya skenario dalam mimpinya tidak seperti yang disusun juga. Namun alhamdulillah mungkin hati nurani ini masih lebih kuat berbicara =). Dalam mimpi itu, yang terjadi entah bagaimana, saat pelaku aniaya terkena kesulitan, tanpa ragu diriku membantunya sampai tuntas semua. Dalam hal ini karena saya adalah tenaga medis, mimpi itu bercerita tentang si sakit dan dokter yang menolongnya (who happened to be me =D). Dan luar biasanya...semua jadi happy ending. Si pelaku aniaya yang berlaku aniaya karena membenci diriku menjadi melunak dan berlaku baik. Dan hati ini jadi lebih plong karena meski pelaku tak meminta maaf, spontan sudah termaafkan, bersama semua empati akan penyakitnya dan rasa kasih sayang yang Alloh karuniakan buat kita semua...=)

Wah, benar-benar deh. Aku jadi berpikir, mungkin menjadi seorang penulis skenario perlu dipertimbangkan juga =D.

Friday, October 14, 2005

Pangeran Tiada Batas

Harusnya itu judul puisi yang sekitar awal tahun lalu aku tulis waktu sedang kuliah forensik. Tapi catatannya lagi gak kubawa. Dulu temanku memuatnya di blognya, tapi sudah terlanjur kehapus.

Sekarang lagi teringat sama sosok yang luar biasa itu. Tapi orangnya sih biasa aja, pura-pura gak tau kayaknya hehehe.

Meninjau judulnya, jadi merasa berlebihan. Mungkin kata tiada batas terlalu 'tinggi' untuk manusia ya? Yah, waktu itu spontan sekali sih terciptanya, isinya saja sudah menembus semua batas imajinasi, hehe...

Kangen nih, sama pangeran =P

Saturday, October 08, 2005

Jawaban Spontan

Mengutip Bab IV Buku Muhammad Sang Nabi-nya Karen Armstrong:

Seringkali, seorang pemikir kreatif juga merasa terinspirasi seperti ini: dia telah menyentuh atau menemukan suatu realitas yang tidak tercipta, tetapi yang hadir secara mandiri. Yang paling terkenal mengenai ini adalah Archimedes, yang melompat dari mandinya ketika dia menemukan prinsipnya yang terkenal itu, meneriakkan “Eureka! Aku telah menemukannya!” Ketika dia santai, dalam kerangka berpikir yang siap menerima, jalan keluar tampak memasuki dirinya tanpa hambatan, seperti eksistensi mandiri pikirannya.

Semua pemikiran kreatif yang jujur, sampai batas tertentu, adalah intuitif; itu memerlukan lompatan ke depan memasuki kegelapan akan realitas yang tak terciptakan. Dilihat dengan cara ini, intuisi bukanlah penurunan akal sehat tetapi lebih sebagai akal yang dipercepat, dikemas secara instan, sehingga suatu solusi muncul tanpa persiapan logis seperti biasanya.

Membuatku teringat akan seorang teman dengan pesan yang sama...
"banyak orang dapet jawaban secara spontan...bukan pas di waktu2 dia berpikir keras untuk mencari jawaban" hehe...mangkin bikin kagum aja ah...hihihi ^^

Bagi mereka yang masih mencari...cobalah merelaksasikan diri dan hati...selami semua pertanyaan itu dulu...=")

Thursday, October 06, 2005

Hari Pertama

Bulan penuh berkah, memasuki masa awalnya. Alhamdulillah, bulan ini sudah memberikan berkahnya. Masalah administratif seorang teman akhirnya beres. Langkah baru memperjuangkan satu kegiatan telah dimulai lagi dan subhanalloh, tawaran bantuan menghampiri (meski belum terbukti dibantu, setidaknya menambah semangat bahwa ada yang masih peduli sama kami =D).Dan syukur, urusan dengan seseorang yang masih segan aku berinteraksi langsung dengannya (akibat ancaman 'keterlaluan' darinya meski bercanda namun cukup membuatku sadar, dia punya kondisi lebih serius dari sebelum dia gak ngerti apapun, dia pikir dia tahu tapi sebenarnya dia masih belum tahu, dan yang keluar darinya adalah semata sikap reaktif) sudah berhasil dituntaskan dengan secepat-cepatnya. Semoga sisa bulan luar biasa ini bisa jadi lebih khidmat dan sungguh-sungguh untuk dijalani dan 'digarap' semua bonusnya....aammiin.

Teringat pengalaman puasa pertama seseorang yang mendebarkan dan penuh cobaan. Teringat ekspresi wajahnya yang pucat, lelah namun bersinar penuh senyum, karena saat itu memang apa yang dilakukannya meski berat, ia lakukan atas dasar dorongan hati yang penuh keyakinan, subhanalloh. Teringat ungkapan penghargaannya atas orang-orang yang telah terbiasa melakukan semua hal ini, selama sebulan setiap tahun, karena dia sadar, ini bukan hal yang sepele dan mudah. Hanya orang-orang sabar dan beriman yang bisa melewati dengan baik. Teringat ungkapan kebahagiaan tanpa batasnya saat ia berbuka, bahwa air adalah nikmat luar biasa saat membahasi kerongkongannya di waktu berbuka.

Puasa, memang istimewa. Ketika yang puasa adalah seluruh raga dan jiwa. Ketika pengertian puasa adalah menahan, melatih dan akhirnya mengendalikan. Beruntunglah orang-orang yang puasanya sebenar-benar puasa =).