Sprinkles of words

Sunday, October 23, 2005

Mimpi Dalam Kendali

Sudah dua kali berhasil membuat 'skenario' mimpi sendiri =). Hebatnya mimpi-mimpi yang memang luar biasa alias rasanya gak mungkin terjadi dalam kenyataan, setidaknya tak mungkin untuk saat ini ^^.

Satu mimpi seperti sekuel yang sebelumnya. Yang sebelumnya terjadi begitu saja tanpa ada sedikitpun kepikiran akan hal yang dimimpikan. Artinya mungkin aku 'mencontek' ide yang lama. Bagaimanapun mimpi itu menyenangkan sekali, karena serasa lebih dekat dengan kenyataan, entah bagaimana karater pemain di dalamnya dalam skenarioku sudah hampir persis sama, dan sensasi yang dirasakan lebih nyata. Akhirnya memang ibaratnya suatu episode film pendek yang dikembangkan dari suatu ide ;).

Mimpi yang lain adalah implementasi dari sesuatu yang sempat jadi pikiran sesaat sebelum tidur. Sebenernya bukan pemikiran yang baik atau menyenangkan, karena awalnya berupa kenangan akan suatu hal yang pernah menyakitkan, dan tiba-tiba berkembang menjadi ide-ide yang kurang baik. Ibaratnya film kungfu, ada semacam bayangan akan 'balas dendam'(uuuh seraaaam =P).

Jadi suka memanfaatkan dalil tertentu. Sebenarnya orang yang teraniaya atau terzhalimi itu punya hak untuk tidak memaafkan, bener gak?(mudah-mudahan ada orang yang baik hati mengkoreksi kalau salah...). Dan menjadi hak veto-nya untuk membuatnya menjadi dosa abadi buat pelaku aniaya tersebut, sampai dimaafkan.

Entah bagaimana, akhirnya 'tanduk' keluar lagi dan menyusun 'skenario' kutukan-kutukan (huehehe...ini mah kejaaaam sekaleee). Lucunya skenario dalam mimpinya tidak seperti yang disusun juga. Namun alhamdulillah mungkin hati nurani ini masih lebih kuat berbicara =). Dalam mimpi itu, yang terjadi entah bagaimana, saat pelaku aniaya terkena kesulitan, tanpa ragu diriku membantunya sampai tuntas semua. Dalam hal ini karena saya adalah tenaga medis, mimpi itu bercerita tentang si sakit dan dokter yang menolongnya (who happened to be me =D). Dan luar biasanya...semua jadi happy ending. Si pelaku aniaya yang berlaku aniaya karena membenci diriku menjadi melunak dan berlaku baik. Dan hati ini jadi lebih plong karena meski pelaku tak meminta maaf, spontan sudah termaafkan, bersama semua empati akan penyakitnya dan rasa kasih sayang yang Alloh karuniakan buat kita semua...=)

Wah, benar-benar deh. Aku jadi berpikir, mungkin menjadi seorang penulis skenario perlu dipertimbangkan juga =D.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home