Sprinkles of words

Thursday, July 28, 2005

Hati

Sekuat apa hati itu, ketika telah banyak luka ia miliki.
Setegar apa hati itu, ketika banyak badai menerjang.
Seberani apa hati itu, ketika memutuskan sesuatu yang masa depannya penuh risiko.

Dari hidupnya, telah banyak kehilangan. Kepercayaan diri, kepercayaan pada orang lain, kepercayaan pada pertolonganNya.
Dari masanya, telah banyak pengorbanan. Demi cintanya, demi sayangnya pada orang-orang terkasihnya.

Kemudian ia bangkit dengan penuh harapan....
Dari panca inderanya serta hatinya telah diterimanya satu bentuk cinta yang tak disangka begitu penuh onak dan duri untuk menyatukannya.
Kini ia hanya diam dan bertanya-tanya...

Adakah saat indah itu untuknya? Ataukah satu lagi kehilangan harus menjadi pengorbanannya?
Sekuat apapun hati... luka tetap luka yang menjadikannya berbeda. Tapi inilah hidup, inilah kenyataan. DIAlah yang menentukan setelah kita berusaha...setelah kita tak henti berdoa...

sebanyak apa harus kuteteskan darah, keringat dan air mata kali ini, wahai TUHAN?

Wednesday, July 27, 2005

Cinta Terakhir

Cinta Terakhir

Tak semestinya ku merasa sepi
Kau dan aku ditempat berbeda
Seribu satu alasan
Melemahkan tubuh ini

Aku disini mengingat dirimu
Ku menangis tanpa air mata
Bagai bintang tak bersinar
Redup hati ini

Dan ku mengerti sekarang
Ternyata kita menyatu
Di dalam kasih yang suci
Ku akui kamulah cintaku

Dan ku mengerti sekarang
Ternyata kita menyatu
Di dalam kasih yang suci
Ku akui kamulah cinta terakhir

entah kenapa...lagi mellow berat...

Sunday, July 24, 2005

Tak Ternilai

Meski sesuatu hanya berlangsung satu saat, ketika ia menjadi salah satu saat yang paling membahagiakan pada saat itu...maka ia tak ternilai. Kadang kita mendambakan hal yang bisa berlangsung selamanya...abadi...tak pernah berakhir.
Tapi hari memiliki batas, ia akan berulang dari awal, sehingga satu saat berharga pun berakhir. Bagaimanapun, tak akan ada keabadian bila tak ada sementara. Dan bukankah saat-saat sementara yang berulang akan menjadi suatu yang selamanya? Karena ia terus menjadi sesuatu yang kita simpan sebagai kekayaan jiwa kita.
Maka nikmati dan syukurilah kesementaraan...sebab kita tak akan pernah tahu, akankah esok menjadi saat yang se-membahagiakan ini? Sedetik, semenit, sejam, sehari...tidak akan pernah tergantikan ketika ia menjadi kebahagiaan, biar hanya sementara.
Terima kasih telah membuatnya tersenyum bahagia, TUHAN.....^^

Monday, July 18, 2005

Bebaskah?

Lepas dari aturan, bebaskah artinya?
Lepas dari rutinitas, bebaskah artinya?
Lepas dari keharusan mematuhi semua orang dan memutuskan sendiri....
Waktu kedewasaan diri diakui dan keberanian untuk mandiri datang....
Bebas.

Bebas tidak merampas hak orang lain, bebas tidak berarti membangkang dan menjauhi....

Bebas untuk menentukan apa yang ingin dicapai....
Bebas.

Friday, July 08, 2005

Harga Diri dan Presumsi

Pride and Prejudice. Judul suatu buku. Belum pernah baca sih. Jadi teringat karena mengalaminya beberapa waktu terakhir ini.

Orang suka sekali berprasangka, demi mempertahankan ego dan harga dirinya. Saking besarnya rasa ke-aku-an itu, seakan telinga, mata, dan hati nurani terkunci rapat-rapat. Kalau begini, tindakan apapun hanya akan berakibat fatal, karena...semua jadi serba salah. Bila semua upaya meluruskan tak dipedulikan, perubahan apa yang akan terjadi, selain dari semakin besarnya rasa harga diri itu mempertahankan presumsinya?

Bagaimana mungkin nurani ini tak tertoreh, karena keadaan seperti ini memakan korban satu jiwa. Satu jiwa yang telah memikul beban presumsi ini, hanya seorang diri.

Beban itu sebenarnya bisa dikurangi dengan satu jiwa lain yang dengan jiwanya saling ingin bersatu, namun sayangnya... kerinduan satu sama lain ini menambah hebat kemarahan dan memperbesar kobaran presumsi yang hanya memicu perselisihan yang hebat.

Bagaimana mau mendamaikan, bila upaya untuk itu sama sekali tak diberikan kesempatan? Bagaimana ingin menentramkan, bila bahkan untuk merengkuh jiwa itu dan memberinya belaian saja tak pernah diizinkan?

Alloh, sungguh tiada daya dan kekuatan melainkan dengan izin-Mu, daya dan kekuatan-Mu yang Maha Tinggi dan Maha Agung.... Kuatkanlah jiwa-jiwa yang sangat merindukan cinta dan ridho-Mu ya Robbii.... aammiin

Saturday, July 02, 2005

Dalam Terpaan Badai Sebagai Belaian Sayang dari-Nya

Hari ini, satu ombak besar menerjangku. Hujaman kata-kata pahit dan menyayat, yang tak bisa dipercaya dapat keluar dari seorang manusia yang sebelumnya engkau pikir seorang pribadi demokratis, fair, objektif dan sungguh sebenarnya kau kagumi (berdasarkan nasihat penuh hikmah yang pernah diceritakan oleh orang yang menerimanya) yang kau tau telah mendidik manusia lain menjadi seseorang dengan kepribadian penuh tanggung jawab dan kritis.

Satu hikmah bagiku. Kadang manusia tak bisa begitu saja menerima ketentuan-Nya, sehingga mereka menjelma menjadi jiwa lain yang dikuasai emosi, kekesalan, kesedihan, kekecewaan yang meluap-luap. Kadang manusia tak menyukai perbedaan yang terjadi dalam lingkungannya, sehingga mereka sekuat tenaga menghilangkannya. Kadang manusia lupa siapa dirinya, sehingga merasa 'memiliki' manusia lainnya yang sebenarnya hanya titipan-Nya di dunia ini sehingga merasa berhak memberi nilai, harga dan memeluknya erat ketika manusia tersebut hendak pergi darinya.

Satu ujian bagiku. Yang masih suka khawatir berlebihan, kadang tak yakin DIA Maha Melindungi dan Pemberi Sebaik-baik Pertolongan. AstaghfiruLLOH....

Dengan nikmat-nikmat yang kurasakan tak terhitung ini, sangat tidak pantas aku menangisi dan meratapi mengapa lagi-lagi aku menerima hujatan semacam ini?

Hanya DIA Maha Mengetahui yang sebenarnya...Biarkan mereka berkata, menuduh dan memfitnah....Seluruh urusan ini adalah ketentuanNya...Aku serahkan padaNya, sesungguhnya DIA yang berhak Menghakimi dan Mengadili...

Kagak usah diambil pusing, gak usah diambil hati....
Ambil wudhu, lalu bersujud dan berduaan dengan-Nya...Nikmaaaat sekali.... =)